Senin, April 28, 2014

Agus Riyanto: Aku Harus Donor Darah

Donor darah mungkin bagi sebagian orang merupakan kegiatan yang kurang bermanfaat. Bahkan banyak yang beranggapan bahwa donor darah merupakan hal yang haram, karena darah kita akan digunakan oleh orang lain. Bagaimana jika orang yang kita bantu tersebut berperilaku tercela, bukankah kita juga ikut menanggung dosanya? Karena darah kita mengalir dalam tubuhnya.

Anggapan tersebut juga pernah muncul dalam benak saya. Hal yang mengetuk hati saya untuk menghilangkan semua anggapan tersebut adalah pada saat kakak perempuan saya melahirkan. Sekitar tahun 2008 yang lalu, kakak saya melahirkan putranya yang ketiga, proses persalinannya disertai dengan pendarahan.

Hal ini mengakibatkan kakak saya memerlukan tambahan darah untuk proses pemulihannya. Saya datang menjenguk dan melihat kondisinya yang sangat memprihatinkan. Pada saat itu juga, timbul niatan saya untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan donor darah. Bak gayung bersambut, pada bulan pebruari 2008 saya bersama teman saya menjadi pembina pramuka di sekolah.

Agenda rutin waktu itu adalah mengunjungi kantor PMI Kabupaten Karanganyar. Pada saat mendampingi itu, saya melakukan uji darah (Golongan darah dan Rhesus). Saya lalu ditawari untuk donor darah oleh petugas, tanpa pikir panjang saya mengiyakan. Dan pada saat itu juga saya menjadi pendonor. Tahun 2009, Kegiatan donor darah saya mulai berkurang karena saya harus melanjutkan kuliah lagi di Solo. Waktu yang menyebabkan saya tidak sempat untuk sekedar donor darah.

Akhirnya pada tahun 2010 sampai tahun 2011 paman saya ada yang operasi batu empedu. Hal ini mengingatkan saya kepada kejadian kakak saya. Dari kejadian itu, saya mulai aktif lagi donor darah sampai sekarang. Saat ini saya baru tahu makna “Setetes Darah Anda, Nyawa Bagi Kami”. Dan saya meyakini bahwa Tuhan menyediakan banyak sekali ladang untuk beramal, termasuk didalamnya kegiatan donor darah. Kegiatan donor darah merupakan kegiatan mulia, karena dari kegiatan yang kelihatannya sepele ini ternyata bergantung berjuta harapan dari orang lain yang membutuhkannya.

Sumber: http://ceritapmiku.blogspot.com/2014/04/agus-riyanto-aku-harus-donor-darah.html

Senin, April 21, 2014

Semangatku

Kegagalan adalah memang tak apat dipungkiri dalam hidup… pahit rasanya akan tetapi bagaimana rasa pahit itu kita olah menjadi manis… terkadang manusia sulit melupakan hal tersebut.. inilah yang membuat orang takut menantang hidup,, suatu ketika mereka sadar??? berkaca & bercermin pada drinya Ya Tuhan anda aku ini adaah orang yang berhasil kelak akan ku tatap hdup ini dengan indah.. tap kenapaperjalanan ini sangat sulit ku lalui banyak rintangan cobaan, halangan yang selalu menghimpit arahku…
tapi aku berjuang meniti hiidup ii ari bawah “KATA-KATA BIJAKPUN MEMBAKAR SEMANGATKU” Kegagalan lebi terhormat dari pada tidak sama sekali…. ku buktikan ucapan itu dengan perbuatan.. biarlah ku sendiri yang merancang hidup ini agar lebih baik tapi tak dapat ku pastikan apakah semua ini berakhir baik HANYA Allah SWT yang mempunyai satu kepastian terhadap umat-Nya.
tak perduli apa kata orang sejenak ku termenung “Lebih indah ku berbuat dari pada ku Berkata tanpa arti” ingin kubuktikan ini dengan Kenyataan.. bukan ucapan,, setidaknya aku berharap dalam hari-hari yang kulalui menjadi hari terang indah dan mempesona…. menatap cakrawala muka dunia dengan berani dan gagah… berharap semoga hari lebih baik dari pada sebelumnya.
sedikit kalimat penyemangat dalam hidup, meski terkadang aku tetap lalai karna aku seorang manusia, temen-temen manggil aku dgn nama ‘jiemie’ da pla MJ dll,… terserah kalian mo manggila apa. pada saat ini umurku sudah 23 tahun, sdah hampir tua… wkwkwkwk…
saat ini aktivitasku bekerja di suatu Perusahaan Swasta di sebuah kota terpencil, tak ada yg menarik dri sisi lain ttang diriku. pie semoga dengan blog ini, anda bisa tertarik berbagi dengan saya…

Kebersamaan bareng PMR itu Sesuatu .......

Tidak semua hal baik diawali oleh niat yang baik pula. Analog dengan pernyataan tersebut, terdapat sebuah pengalaman daripada awal kiprahku sebagai anggota Palang Merah Remaja ketika SMA. Bukan demi tujuan kemanusiaan, tapi dilatarbelakangi karena perasaan suka pada seorang kakak kelas yang kulihat pertama kali ketika pemeriksaan kesehatan bagi murid baru. 

Dari situ, timbulah obsesiku untuk mengikuti ekstrakurikuler yang sama dengannya. Seleksi untuk masuk PMR dilakukan dengan wawancara karena banyaknya peminat. Merasa memang jodoh, akupun diwawancarai kakak tersebut, dengan lantang dan tegas aku mengucapkan alasanku masuk PMR dengan kalimat-kalimat yang positif dan sesuai dengan jawaban yang diinginkan, yaitu mengabdi demi kemanusiaan. Perasaan bersalah karena berbohong sempat membuatku ingin mundur, terlebih setelah aku lolos seleksi dan menjalani yang namanya pelantikan, hal itu bahkan menguatkanku untuk mundur karena beratnya materi Kepalangmerahan, belum lagi Pertolongan Pertama, dan materi lainnya sekaligus praktik yang jauh dari diriku yang tak acuh pada orang lain. 

Namun, sungguh luar biasa, aku mampu bertahan hanya karena ingin dilihat oleh kakak kelas tersebut, bahkan memaksa diri agar lolos spesialisasi yang sama dengannya walaupun aku tahu spesialisasi PP lebih membutuhkan seorang pria karena mengingat praktiknya menguras tenaga. Dengan tekad bulat, aku mencoba mengasah diri dengan sering bertugas di UKS ketika jam istirahat, mengobati luka, memberi obat bagi yang sakit dan menggali informasi pada perawat di UKS. Sambil menyelam minum air, begitulah apa yang ku kerjakan membuatku sering bertemu dengannya walau hanya bertegur sapa dan tersenyum. Belum, aku masih belum menemukan passion-ku di PMR sampai akhirnya aku menginjak kelas 2 dan bersama teman-teman PMR mengikuti JUMBARA Cabang Gianyar. 

Persiapan yang menguras tenaga membuatku fokus dan berlatih serius dengan teman-teman walaupun sesekali melirik kakak tersebut, sampai akhirnya selama seminggu kami semua kemah di lapangan dekat Pura Samuan Tiga. Di perkemahan, aku yang tak biasa makan berbagi piring ataupun minum merasa mulai berubah, tak ada perasaan jijik bahkan keegoisan untuk menang sendiri, dan untuk pertama kali aku merasakan yang namanya KEBERSAMAAN. Kami seperti keluarga seminggu itu, saling melindungi, saling berbagi sedih dan suka, bahkan ketika aku kalah di PP saat hiking, mereka tak menyalahkanku dan malah menyemangatiku untuk maju dan berbenah diri padahiking selanjutnya. Kebersamaan dan kerja keras kami terbayar dengan menjadi juara 1 peserta terbaik, bukan hanya itu, lomba mading,sketsa pin, drama, dan paduan suara kami borong, sampai karena betahnya kami bersama, kami sedih ketika harus pulang, begitu juga dengan peserta dari sekolah lain. 

Semenjak itulah aku mulai aktif kegiatan PMR, mulai dari memberi bantuan ke panti asuhan dan menghibur anak yatim piatu, bertugas jaga saat upacara bendera, terlibat kegiatan donor darah walaupun sekadar membantu para dokter dan lainnya. Karena rasa kekeluargaan sesama PMR akupun merasa seperti saudara dengan kakak tersebut, seperti moto kita “Siamo Tutti Fratelli”. Bahkan saat sekarang kuliah, aku memilih UKM KSR PMI, seperti sebuah tabel kebenaran dalam logika matematika, jika antisedenya salah, tetapi konsekuen benar, maka implikasinya bernilai benar. Awalnya aku memulainya dengan niat yang jauh dari kata positif, tapi mampu membawaku pada kebenaran dan menjadikannya sesuatu yang positif bagi diriku dan orang lain.

Sabtu, Februari 22, 2014

Market Share Online


Survey Market Share Online Sekolah


Silahkan klik link dibawah ini.

Report Survey Market Share Online Telkomsel


Terima Kasih

Senin, Januari 27, 2014

Keyakinan dalam Usaha

Bagi Gede Prama, keberhasilan maupun kegagalan adalah buah dari keyakinan seseorang. “Keberhasilan itu berawal dari keyakinan. Dan kita bisa mengubah banyak sekali hal lewat keyakinan,” katanya. Sayangnya menurut Gede, keyakinan orang sering terbelenggu oleh pikiran-pikiran rasionalnya serta pengalaman-pengalaman ekstrim di masa lalu. Mereka yang gagal menumbuhkan keyakinan positif –sekalipun dia sangat berpotensi– biasanya justru gagal dalam kehidupan.

“Saya mengenal banyak orang yang secara potensial biasa-biasa saja. Tapi karena didukung oleh yang namanya raksasa keyakinan, dia berhasil. Yang banyak terjadi adalah orang yang potensinya rendah tapi keyakinannya tinggi, dia berhasil. Sebaliknya ada orang yang potensinya tinggi tapi keyakinannya rendah, ya ndak berhasil,” ungkap Gede Prama.
Agak sulit mencari tokoh seperti Gede Prama ini. Ia tidak saja dikenal sebagai seorang kolumnis yang produktif, penulis buku, konsultan manajemen, public speaker, tapi juga dikenal pernah menjadi CEO perusahaan jamu papan atas. Sebagai kolumnis, tulisannya yang mudah dicerna menghiasi berbagai media masa dan media online. Belasan buku laris sudah diselesaikannya, termasuk sejumlah kaset (audio book)yang digemari banyak orang . Sejak tahun 1993 ia menjadi konsultan manajemen dan presiden Dynamics Consulting, dan pernah pula berposisi sebagai CEO perusahaan besaryang tak lama kemudian ditinggalkannya.
Alumnus Universitas Lancaster Inggris ini juga dikenal sebagai salah satu inspirator dan public speaker terbaik di Indonesia. Lebih dari seratus lembaga profit dan non profit seperti perbankan, asuransi, BUMN, perhotelan, manufaktur, telekom, perusahaan-perusahaan DS/MLM, serta berbagai asosiasi pernah mengundangnya sebagai pembicara.Orang gemar dengan gaya penuturannya yang menyegarkan, menyentuh, mudah dimengerti, mendalam, sekaligus mengandung unsur-unsur filosofi yang tinggi.
Tak mengherankan bila banyak orang terinspirasi oleh gagasan-gagasannya. Tak terkecuali seorang cendekiawan Islam kondang seperti Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, yang mengaku terkesan sekali dengan teori “Tahi Sapi” ala Gede Prama. Teori ini bertutur tentang cara pandang positif yang bisa membangkitkan sebuah kebesaran hati apabila seseorang mendapat penghinaan atau perlakuan buruk dari orang lain.
Gede Prama dikarunia tiga orang anak. Ia mengaku, keluarga adalah kekayaan dalam kehidupannya. Ia sering menikmati waktu hujan bersama dengan anak-anaknya di halaman rumah. Saat-saat libur akhir tahun misalnya, lebih sering dipakai untuk menulis dan berkumpul bersama keluarga. Dan GedePrama sangat bersyukur dengan kehidupan yang diperolehnya saat ini.
“Sebagai seorang public speaker merupakan jalan kehidupan yang indah, dapat uang cukup, senang, dan beribadah. Saya dapat tiga-tiganya sekaligus. Makanya saya melihat hidup saya itu indah. Life is beautiful,” tutur Gede menyebut sebuah judul film Itali yang ditontonnya berulang-ulang. Wawancara berikut merupakan salah satu wawancara terlengkap dan terbaik yang pernah dilakukan Edy Zaqeus dengan sang inspirator. Wawancara ini merupakan salah satu bagian dari buku best seller Kalau Mau Kaya Ngapain Sekolah! (Gradien, 2004) Berikut petikan wawancaranya setelah diedit seperlunya untuk dihadirkan kembali khusus untuk Pembelajar.Com:
Anda punya tujuan yang lebih…..?
Oh, ya. Bagi saya kekayaan itu yang paling berguna adalah independensi. Kebebasan dalam arti yang luas. Di mana dunia kepegawaian adalah salah satu rantai yang membuat kita tidak terlalu independen. Jangankan di posisi bawah, di posisi presiden direktur pun kita ndak independen. Kan berhadapan dengan pemilik, berhadapan dengan komisaris, dengan aturan-aturan. Kalau kita menjadi pekerja independen, kan kita menentukan dan mengarahkan hidup kita sendiri. Jadi orang pikir saya enjoy di posisi nomor satu. Sebenarnya ndak. Saya lebih enjoy di profesi di mana saya bisa terbang sebebas burung-burung terbang di udara. Jadi, kebebasan! Persoalan jumlah uang dan jumlah materi itu relatif. Materi jadi sedikit, kalaukita pengeluarannya banyak. Materi jadi banyak, kalau kita pinter mengelolanya. Jadi bukan jumlah yang saya hitung, tapi bagaimana kita mengelolanya.
Orang itu sukses karena dia dilahirkan sebagai orang sukses, atau karena usahanya sendiri?
Saya menganut keyakinan, ya lebih banyak karena usaha. Kalau benar keyakinan banyak orang bahwa sukses itu terlahir, berarti sukses sesuatu yang sudah given. Tepatnya ndak. Sukses adalah sesuatu yang harus kita upayakan, kita cari. Badan serta jiwa kita yang mirip dengan karet yang bisa dibentuk ke mana-mana. Perkaranya apakah kita membentuknya ke arah yang lebih berbau kegagalan atau ke arah yang berbau keberhasilan. Itu lebih banyak bentukan kita. Ada unsur di luar bentukan kita, tapi lebih banyak unsur bentukan kita. Jadi sukses lebih banyak diusahakan. Terutama faktor perjuangan yang kita lakukan dalam hidup. Karet bisa ditarik sebesar apapun tergantung seberapa kuat kita menariknya.
Kalau keberuntungan, apakah dibawa sejak lahir atau karena diupayakan?
Bisa dua-duanya. Ada orang mengatakan dengan seluruh ilmu hokinya, dia terlahir (beruntung) dengan bentuk hidung dan sebagainya. Dua-duanya ada. Orang-orang yang dilahirkan beruntung mungkin memerlukan upaya lebih rendah dibanding orang yang terlahir tidak beruntung. Yang jelas dua-duanya sama-sama bisa berhasil. Cuma dengan tingkat kuantitas dan kualitas usaha yang berbeda. Jangan menyetempel; ndak hoki Anda pasti gagal, ndak!
Namun kebanyakan orang meyakini keberuntungan dilahirkan?
Boleh saja. Dan sebagaimana diketahui oleh sahabat-sahabat dari MLM, keberhasilan itu berawal dari keyakinan. Kalau belum apa-apa Anda sudah meyakini tidak beruntung dan tidak berhasil, kalau kemudian Anda tidak beruntung dan tidak berhasil lebih banyak gara-gara keyakinan Anda. Keyakinan itu awalnya. Dankita bisa mengubah banyak sekali hal lewat keyakinan.
Dalam mengubah proses keyakinan, penghambat kita yang paling utama adalah mind. Mind itu bukan otak atau pikiran. Tapi yang jelas pikiran itu salah satu pintu menuju mind. Kalau kita bisa mengubah mind kita menjadi mind yang absolutly and totally believe pada keberhasilan, kita berhasil.
Saya mengenal banyak orang yang secara potensial biasa-biasa saja. Tapi karena didukung oleh yang namanya raksasa keyakinan, dia berhasil. Yang banyak terjadi adalah, orang yang potensinya rendah tapi keyakinannya tinggi, dia berhasil. Sebaliknya, ada orang yang potensinya tinggi, tapi keyakinannya rendah, ya ndak berhasil. Saya punya teman, orang yang brilian, pintar. Tapi kebriliyanannya tidak membuat dia berhasil, karena menyepelekan banyak perkara. Akhirnya nggak berhasil. Sebaliknya ada banyak orang biasa –jangan terlalu bodoh—karena merasa dirinya punya kekurangan, kemudian dia menutup kekurangannya dengan usaha besar-besaran. Usaha besar-besaran inilahyang menjadi energi keberhasilan yang luar biasa.
Anda tahu, orang-orang yang berhasil sebagian datang dari orang-orang yang ndak cerdas. Tapi, karena kekurangcerdasan itulah kemudian dia menutup kekurangannya dengan usaha besar. Dan kecerdasan bisa positif, bisa negatif. Positifnya, menjadi modal lari yang kuat. Negatifnya, membuat kita menyepelekan. Sekarang perkaranya tergantung pada kita. Mau meletakkan potensi kecerdasan dan sebagainya sebagai modal untuk maju, atau sebaliknya membuat kita leha-leha dan tidur siang tiap hari. Jadi kembali ke yang tadi, life is a mind game.
Jadi keyakinan yang utama?
Keyakinan intinya. Cuma menyangkut keyakinan itu seringkali dibatasi banyak hal, antara lain pikiran. Pikiran cara kerjanya kan berkalkulasi, berhitung. Kalau saya melompatpaling tinggi 50 cm. Kalau saya melakukan ini maksimum saya bisa mencapai ini. Berhitung. Jadi keyakinan pertama kali dihambat oleh pikiran. Pikiran itu kayak langit-langit (dalam ruangan) yang membatasi penglihatankita. Kalau Anda memiliki keyakinan yang tinggi, raksasa yang berasal dari dalam, maka yang pertama mesti dilampaui adalah pikiran. Hanya, banyak orang yang dibelenggu dan digembok oleh pikiran. Yang kedua adalah pengalaman, terutama yang ekstrim di masa lalu. Pengalaman buruk membuatorang traumatik, kemudian ndak yakin. Pengalaman pernah berhasil membuat orang menjadi sombong. Yang ketiga pendidikan masa kecil. Point utamanya keyakinan. Orang bodoh bisa cakap. Orang yang nggak pengalaman bisa percaya diri. Itu karena keyakinan saja. Banyak hal bisa berubah karena keyakinan.
Orang bisa mengalami kegagalan secara beruntun, dan akhirnya berkesimpulan, dirinya dilahirkan bukan sebagai orang yang beruntung. Komentar Anda?
Yang terpenting sebenarnya bukan berapa banyak kita jatuh. Tapi seberapa banyak kita bangun. Karena keberhasilan ditentukan oleh seberapa banyak kita bangun, bukan seberapa banyak kita jatuh. Masalahnya adalah banyak orang gagal yang lebih banyak berhitung berapa kali jatuhnya dibanding berapa kali bangunnya. Banyak orang mengatakan lebih banyak jatuh, lebih down Anda. Saya katakan lain. Lebih banyak Anda jatuh, lebih kuat Anda. Kejatuhan dalam jumlah yang banyak jangan diijinkan sebagai sebuah kecelakaan yang membuat Anda pasti runtuh. Tapi gunakan kejatuhan yang banyak itu sebagai vitamin untuk bangkit, bangkit, dan bangkit lagi. Dalam kehidupan banyak orang yang berhasil, mereka adalah orang yang ndak pernah berhenti bangun.
Apakah benar semua orang dilahirkan untuk menjadi pemenang?
Bisa ya, bisa tidak. Kembali kepada keyakinan keberhasilan yang lebih banyak kita bentuk dibandingkan unsur dilahirkan tadi. Kalah menang itu hanya perkara pikiran saja. Orang menjadi kalah karena pikirannya memproduksi dia untuk menjadi kalah. Orang menjadi menang karena pikirannya memproduksi dia menjadi menang. Sehingga point utamanya adalah seberapa cermat kita dan seberapa pintar kita mengelola pikiran. Pikiran itu mirip dengan pedang. Dia bisa membantu. Dengan pikiran kita bisa mengukur, mengkalkulasi, meramalkan, memilah-milah. Tapi ada aspek kedua dari pikiran, di samping membantu dia juga membatasi. Pikiran membatasi orang untuk bisa terbang tinggi. ‘Ah, saya satpam. Sehebat-hebatnya saya hanya kepala satpam!’. Kalau saya di banyak forum menyatakan, ‘Jangan gunakan pikiran sebagai pembatas. Gunakanlah sebagai pembantu!’. Caranya hanya satu, lampaui pikiran.
Untuk melampaui pikiran itu apa yang harus dilakukan?
Ada kegiatan interaktif sifatnya. Dengan mencoba, ada hasil. Kalau ada hasil, keyakinan akan naik. Coba-hasil-keyakinan. Tapi dalam lingkaran ini yang terpenting adalah mencoba. Beda antara orang beruntung dengan orang kurang beruntung hanya dalam jumlah mencoba. Orang yang beruntung mencobanya lebih sedikit. Orang yang kurang beruntung mencobanya lebih banyak. Itu saja. Perkaranya adalah –terutama yang kurang beruntung– seberapa sabar dan seberapa tahan dia mencoba. Orang gagal adalah orang kurang beruntung, dan mencobanya kurang banyak. Orang beruntung sama sekali tidak mencoba, gagal juga. Perkaranya hanya frekuensi dan jumlah kita mencoba.
Saya lihat sukses menurut Anda lebih banyak ditentukan ‘dari dalam’ bukan ‘dari luar’. Padahal orang baru mau berusaha atau belajar setelah dia melihat kondisi-kondisi di luar dirinya?
Ya. Proses belajar banyak orang memang seperti itu. Karena dia akan belajar dari apa yang dia lihat, apa yang diajarkan orang lain. Dari luar ke dalam. Di tingkatan-tingkatan tertentu terbalik, nanti dari dalam ke luar. Nah, sahabat-sahabat yang masih belajar dari luar ke dalam, nanti dia akan menghasilkan ketergantungan. Termasuk ketergantungan kepada saya sebagai sumber ide. Di tingkat-tingkat tertentu tidak salah belajar dari sumber luar. Tapi kalau Anda mau mendalami substansi sukses yang lebih mendalam, kita harus ganti. Gurunya tidak lagi orang luar, tapi inner teacher. Guru yang datang dari dalam. Kalau Anda sudah bertemu dengan inner teacher, Anda sudah ketemu guru terbaik. Dan dia akan membimbing Anda. Hanya saja banyak orang yang seumur hidup tidak pernah menemukan inner teacher. Kenapa? Karena membiarkan dirinya selamanya tergantung kepada guru dari luar. Pada titik tertentu Anda harus berani memutuskan ini, adalah waktu yang tepat di mana saya berhenti kepada orang, tetapi lebih banyak berguru pada guru yang ada di dalam.
Lebih konkritnya, bagaimana kita bergaul dengan inner teacher itu?
Modal, sarana, dan kendaraannya adalah rajin berefleksi. Kalau Anda rajin berefleksi terutama mempelajari catatan sejarah hidup, Anda akan menemukan sebuah pola. Tapi ingat, berefleksi itu ndak bisa sekali dua kali. Ada pola, ada pathern, ada flow. Cara mengenali pola ini adalah dengan menandai titik-titik ekstrim di mana Anda pernah berhasil, di mana Anda pernah terjun ke bawah. Tanya diri Anda sendiri, kenapa berhasil waktu itu dan kenapa gagal. Pasti ada hal-hal yang menjadi benang merah yang menyatukan titik-titik ekstrim tadi. Nah, semakin banyak titik-titik ekstrim yang Anda tandai, Anda akan ketemu faktor-faktor atau variabel-variabel yang muncul di titik ekstrim itu. Kalau variabel –katakanlah kejujuran—nah, itu benang merahnya. Atau usaha, itu benang merahnya. Konsentrasikan pada satu faktor, satu variabel, yang hampir muncul di semua titik ekstrim. Nah, konsentrasikan, selami, pelajari, dalami sedalam-dalamnya satu faktor itu. Dan Anda akan dibimbing oleh inner teacher.
Kalau kita sudah menemukan inner teacher dan berpegang kepadanya, apakah kita bisa menjadi kurang peka dengan sekeliling?
Ndak seperti itu. Sebaliknya Anda malah akan lebih peka. Orang curiga kalau kita berguru pada inner teacher, kita jadi ndak peka, egois, ndak. Yang saya rasakan malah lebih peka lagi. Bimbingan yang datang dari luar, kita hanya bisa berguru jika gurunya ada. Inner teacher itu kan kita bawa ke mana-mana? Sehingga di semua tempat, di semua situasi, Anda akan peka. Tapi kalau Anda bergantung pada guru luar, kan Anda hanya sensitif kalau gurunya ada.
Ada yang menjuluki agama Anda adalah ‘agama cinta’. Bisa nggak unsur cinta kasih memainkan peran dalam bisnis?
Sangat bisa, tapi cinta dalam artian luas. Di tingkatan di mana Anda sudah sampai di ujung kehidupan yang bernama cinta itu, tidak ada yang sulit. Kalau ukuran uang itu kan relatif, rezeki di tangan Tuhan. Tapi di puncak kehidupan yang bernama cinta itu, saya katakan sudah sampai di tingkatan ekstasi. Jadi keberhasilan tidak lagi dilawankan dengan kegagalan. Keberhasilan ya keberhasilan. Keberhasilan yang masih dilawankan dengan kegagalan itu menunjukkan Anda masih belum sampai di tingkatan cinta. Tingkatan bawah. Cinta itu tidak mengenal dikotomi, tidak mengenal hitam putih, tidak lawan-lawanan. Cinta ya cinta, keberhasilan ya keberhasilan. Jangan dilawankan dengan kegagalan.
Tapi di bisnis orang selalu melihat winner and loser?
Nah, itu hasil produksi pikiran. Winner and loser, true and false, right and wrong, itu hasil pekerjaan pikiran. Cinta itu melampaui pikiran. Tidak hanya melampaui pikiran, bahkan melampaui waktu. Bayangkan cinta seorang ibu kepada anak. Saya punya ibu sudah almarhum, tapi cintanya masih saya rasakan. Bayangkan cinta Ibu Theresa yang sudah meninggal beberapa tahun lalu, dia dirasakan oleh seluruh umat yang peka terhadap cinta kasihnya Ibu Theresa. Bayangkan senyuman seorang Lady Diana yang sudah meninggal di Paris, tapi orang masih terbayang kan dengan senyum-senyumnya yang lembut? Perjuangan seorang Mahatma Gandhi, akan dikenang sampai seratus dua ratus tahun kemudian dalam sejarah dunia. Kalau Anda di tingkatan cinta, banyak hal sudah dilampaui. Hanya saja cinta sebagai spirit, bukan cinta sebagai sebuah pengertian sebagaimana yang dilakukan kata-kata. Kata-kata kan selalu untuk menerangkan bahwa kalau hitam harus ada putih? Orang hanya bisa mengerti cinta kalau ada kebencian. Ndak, ini di luar pengertian.
Masalahnya paradigma yang dominan, the winner is always the best. Ketika the winner muncul, selalu ada the loser….
Nah, itu paradigma yang harus kita bongkar. Kalau dalam frame of mind cinta, tidak ada winner and loser. Yang ada hanya winner. Everybody adalah the winner. Tidak ada loser dalam tingkatan cinta. Kenapa? Karena di tingkatan cinta kita sudah memeluk cinta dan kebencian, pujian dan makian, siang dan malam, pria dan wanita, suka dan duka, dalam sebuah lingkaran yang sama mesranya. Sama dengan saya sekarang ini, kan dilayani dan dipuja orang karena jabatan. Karena baju. Tapi besok lusa atau nanti saat harus pensiun, nggak lagi dilayani orang. Karena apa? Karena baju lagi. Artinya apa? Yang dipuja, dilayani, dan dimaki itu baju. Pujian dan makian itu ditujukan ke baju, tidak ke diri kita sendiri. Kalau kita konsentrasi ke dalam cinta yang ada dalam diri kita, tidak ada pujian dan makian. Semuanya tidak perlu mempengaruhi kita. Licin! Seperti air yang menetesi batu es. Lewat! Itu cinta. Tidak lagi mengenal hitam putih.
Bagaimana caranya supaya orang-orang yang masih berada di tataran pemikiran-pemikiran sangat rasional mengenal bahasa-bahasa cinta?
Nah, gurunya yang di balik. Ke inner teacher. Sayangnya kebanyakan orang masih bergantung kepada guru-guru dari luar. Dan guru-guru dari luar kebanyakan menyampaikan pesannya melalui sarana bahasa dan kata-kata pikiran. Dalam bahasa dan sarana pikiran terjadi dikotomi. Tapi kalau gurunya inner teacher, ndak! Ini inner teacher saya yang bicara…. salah satu cara untuk bisa di tingkatan cinta, atau cara di mana kita bisa melampaui mind dan pikiran, adalah keikhlasan. Cuman bukan keikhlasan yang tanpa usaha. Ikhlas tanpa usaha itu keliru. Tapi ikhlas plus kerja keras. Beda… jadi orang kerja keras, berusaha maksimal, tapi hasilnya ikhlas itu ekstasi. Tidak lagi mengenal ukuran-ukuran angka. Tidak lagi melihat keberhasilan sebagai lawan kegagalan. Winner and loser itu ndak ada.
Jadi ikhlas yang bisa membawa kita terbang lebih tinggi dari pikiran kita. Sayangnya orang-orang yang rasional, orang-orang yang masih mengenal winner and loser itu dibatasi oleh langit-langit yang namanya pikiran, dan kemudian dia ndak bisa terbang. Padahal untuk bisa terbang ini ada sayap yang bernama keikhlasan, di mana tidak ada lagi hitungan. Sama dengan sahabat-sahabat di MLM dan direct marketing. Kalau Anda bertemu orang dengan sebuah hitungan mudah-mudahan orang itu jadi network, orang itu membeli, keberhasilan itu terbatas. Tapi kalau Anda bertemu dengan orang dengan spirit cinta yang ikhlas, keberhasilannya tidak terbatas. Kadang keikhlasan itu menyakitkan. Kita ikhlas ditipu orang. Kita ikhlas terus dipecat orang, ya bisa menyakitkan. Kita ikhlas dikira bodoh, itu menyakitkan. Tapi jangan pernah lupa! Di suatu tempat kita jatuh dua tangga karena ikhlas, di tempat lain kita dinaikkan dua puluh tangga oleh Tuhan. Cuma itu hanya bisa dilakukan oleh manusia-manusia yang keikhlasannya total. Keikhlasan disertai kerja keras.
Tahapan-tahapan apa yang perlu dilalui supaya orang bisa sampai pada keikhlasan?
Cara, tips, teknik, itu kan kayak kendaraan. Teknik saya ini hanya kendaraan yang cocok dengan saya. Kalau ada orang yang cocok dengan cara ini syukur alhamdullilah. Kendaraan itu banyak. Ada yang menyebut meditation, kendaraan kerja keras, macam-macamlah. Tapi saya suka berbagi kepada orang yang namanya jalan-jalan yoga. Ini tidak ada kaitannya dengan agama. Dalam jalan-jalan yoga itu ada delapan tingkatan. Tingkatan satu dan dua adalah good daily life, yaitu kehidupan sehari-hari yang penuh dengan kebajikan. Sederhananya ya jalankan perintah agama masing-masing. Good daily life, kurangi menyakiti hati orang, bantu sebanyak mungkin orang, lakukan pekerjaan Anda dengan rasa cinta yang penuh.
Tiga dan empat adalah mengelola badan kita. Terutama panca indera, mulut, mata, telinga. Karena alasan itu sudah sejak lama saya vegetarian sebagai bagian dari perjalanan yoga. Di samping itu adalah mengelola perhatian. Apa yang kita perhatikan berulang-ulang dalam waktu yang lama akan membuat kehidupan kita sebagaimana yang kita perhatikan. Kalau Anda sering memperhatikan kehidupan seseorang, orang itu terus Anda amati dari A sampai Z, lama-lama Anda akan mirip dengan dia kehidupannya. The power of attention. Anda memperhatikan nafsu seks, Anda akan liar, pingin-pingin-pingin. Anda perhatikan makanan enak, nanti anda tertarik terus pada makanan. Makanya ada istilah attention is the active partner of intention. Perhatian adalah mitra aktifnya niat. Kalau kita memperhatikan serangkaian perilaku, sama dengan meniatkan diri kita sendiri untuk berkembang ke sana. Kalau Anda ingin berhasil, perhatikan hanya faktor-faktor yang berbau keberhasilan. Bilamana perlu seluruh panca indera Anda hanya digunakan untuk keberhasilan. Mata hanya untuk melihat yang berhasil, telinga hanya untuk mendengar yang berhasil, mulut makan sambil membayangkan raw material keberhasilan, semuanya.
Lima dan enam baru mengelola pernafasan. Pernafasan maksud saya adalah the breath of life is love. Nafasnya hidup itu cinta. Kalau Anda melihat dan mengalami semuanya dengan spirit-spirit cinta, Anda sudah sampai di tingkat lima dan enam. Tujuh itu meditasi, delapan itu enlightment, pencerahan. Nah, ndak perlu sampai delapanlah. Kalau Anda sampai di lima dan enam, live, life, and love. Maka inner teacher-nya ketemu. Keikhlasan. Syukur-syukur sampai tujuh dan delapan.
Mengapa Anda suka memasang gambar bertuliskan leader dan opportunity? Apa maknanya?
Saya terutama suka opportunity gambarnya bagus. Peluang adalah pulau yang berada di tengah-tengah kesulitan. Di kita, terutama di direct marketing dan MLM banyak orang baru, begitu ketemu kesulitan langsung mundur. Ketemu tantangan mudah menyerah. Kalau saya menemui kesulitan saya bayangkan diri saya tengah mencari pulau yang di tengah itu. Karena peluang selalu bersembunyi di tengah-tengah kesulitan.
Di bisnis DS/MLM orang memiliki spirit membantu orang lain menjadi sukses. Apakah itu bagus menurut Anda?
Yang saya amati banyak orang yang mendapatkan member atau downline dengan cara-cara yang “memaksa” atau “berbohong”. Walaupun yang dengan cara-cara jujur juga banyak. “Memaksa” atau “berbohong” adalah cara yang cepat atau lambat akan menghancurkan profesi itu sendiri. Saya justru menghargai sahabat-sahabat direct marketing atau MLM yang jujur sejak awal. Imej direct marketing dan MLM di Indonesia jadi kurang baik gara-gara itu. Padahal ada 1001 cara di mana kita bisa mengajak orang menjadi network kita tanpa perlu berbohong. Saya masih percaya kejujuran, ketulusan, dan cinta akan membantu dan menyelamatkan orang.
Anda sudah mendapatkan semua yang diinginkan. Apalagi yang ingin Anda capai?
Bagi saya kehidupan adalah perjalanan jiwa menuju Tuhan. Restless soul, jiwa yang tidak pernah berhenti berjalan. Dan dalam proses berjalan itu yang dicari adalah usaha penyatuan dengan Tuhan. Apapun profesi kita mau MLM, direct marketing atau wartawan, pandang seluruh perjalanan kita menuju arah sana. Kesuksesan, kegagalan, harta, tahta, rumah dan mobil, itu kalau dalam perjalanan mirip dengan pohon-pohon di pinggir jalan. Dan itu akan kita lewati. Kalau hari ini Anda naik mercedes jangan lupa itu akan Anda lewati. Entah lewat gara-gara meninggal, dijual, atau ganti yang lain. Celakanya di kita banyak sekali orang berjalan berhenti di tengah jalan memperhatikan pohon yang ditemukan. Entah pohon itu harta, pujian orang lain, terkenal, ketenaran, makian, hujatan, saya ndak mau berhenti.
Jangan berhenti di pohon-pohon simbol keberhasilan. Jalan terus! Dan kendaraan utama yang membuat perjalanan saya agak peaceful itu adalah ikhlas. Dalam tingkat keikhlasan total, perjalanan kita seperti berjalan di langit. Berjalan ndak ada hambatan. Banyak orang perjalanannya terhambat karena mobilnya menabrak pohon. Kalau yang dia tabrak kegagalan ndak masalah, karena kegagalan membuat kita berubah kemudian berusaha lagi. Yang bahaya adalah (menabrak) keberhasilan, karena kita terikat dengan simbol-simbol keberhasilan. Kayak saya terkenal, saya mau selamanya terkenal, terikat! Keberhasilan sering memproduksi keterikatan. Makanya saya sering mengatakan keberhasilan memproduksi kegagalan permanen. Kenapa? Karena dengan keberhasilan Anda menghasilkan benda-benda mewah. Dan dengan benda-benda mewah itu Anda terikat, dan dalam keterikatan itulah perjalanan Anda terhenti. Itu yang saya sebut kegagalan permanen.*

 

Copyright @ 2018 Mujiono.